Bojonegoro, wartaku.id – Untuk mendukung kegiatan hulu migas yang ada di Bojonegoro, Pertamina EP Cepu adakan workshop bersama awak media dengan tema “Kolaborasi Membangun Ekosistem Jurnalisme yang Berkualitas dan Profesional Dalam Mendukung Kegiatan Hulu Migas”, kegiatan ini dilaksanakan di salah satu hotel di bojonegoro pada Rabu, (23/08/2023).
Workshop ini bekerjasama dengan Lembaga Pers Dokter Sutomo (LPDS), sebagai pemateri adalah para staf pengajar di LPDS.
Workshop ini dibagi dalam tiga sesi dengan tema yang berbeda, ini untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman jurnalis Bojonegoro khususnya dalam pemberitaan seputar minyak dan gas.
BACA JUGA:
Dapat Bantuan Benih dan Pupuk dari Pemkab Bojonegoro, Petani Tembakau Sumringah Panen Bagus.
Salah satu tema yang menarik adalah “Mengubah dan memperkaya pers rilis menjadi berita layak siar”, dari pemaparan A.A. Aribowo menyampaikan bahwa saat ini banyak pers rilis yang diterima media untuk ditayangkan tanpa adanya edit atau konfirmasi terlebih dahulu, sehingga hasilnya kurang menarik, dan kadangkala berakibat fatal, hal ini terjadi saat ini pada media online.
“Seharusnya seorang jurnalis dalam membuat berita baik itu dari sumber pers rilis maka perlu adanya konfirmasi terlebih dahulu agar berita yang kita hasilkan akan berkualitas,” ungkapnya.
Dia menambahkan, bahwa saat ini dalam membuat berita khususnya online tidak cukup mengandalkan 5w1h, maka perlu adanya wawancara dan konfirmasi kepada narasumber.
Sementara itu, Lestantya. R. Baskoro menyampaikan materi tentang kode etik jurnalistik, yang harus menjadi pegangan setiap wartawan dalam mencari, mengolah, dan menayangkan berita.
Media harus memiliki independensi dalam menulis berita, dalam penulisan kalimat juga harus jelas sehingga persepsi pembaca tidak kabur dalam memahami informasi tersebut.
“Saat ini media dalam menulis mengikuti kalimat yang disampaikan narsum, seperti Kepolisian memakai kalimat mengamankan, padahal itu adalah bahasa menangkap, maka tulis aja menangkap, jadi harus jelas, pers jagan menjadi penyambung ludah penguasa,”. Paparnya.
Dia juga mengingatkan kepada wartawan, selain harus berpegang pada kode etik jurnalistik, wartawan juga harus mengikuti aturan dewan pers tentang pemberitaan ramah anak dan ramah pada kaum difabel.
Di sesi akhir peserta workshop mendapat materi tentang foto jurnalistik yang epik, sebagai pemateri yaitu Oscar Matuloh.
Dengan workshop ini diharapkan pengetahuan dan kompetensi jurnalis di Bojonegoro terutama terkait jurnalisme minyak dan gas semakin meningkat. (R/Red)
Comment