Pelepah Pisang Menjadi Kerajinan Yang Menguntungkan.

BOJONEGORO, Wartaku.Id – Pelepah pisang atau biasa dikenal sebagai gedebog, sering dibuang setelah buahnya diambil. Namun berbeda jika gedebog jatuh di tangan kreatif Maisir warga desa Balen, kecamatan Balen, kabupaten Bojonegoro tersebut akan mengubah gedebog menjadi barang bernilai jual tinggi.

Berawal dari banyaknya batang pohon pisang yang tergeletak, Maisir berinisiatif untuk merubahnya menjadi berbagai karya, diantaranya tempat tisyue, vas bunga, asbak dan sebagainya untuk digunakan sendiri. Namun melihat banyaknya tetangga yang tertarik dengan hasil kreasi tanganya, Ia mencoba lebih mengkreasikan gedebog pisang menjadi berbagai macam bentuk.

“Awalnya untuk sendiri, karena ketertarikan masyarakat tinggi jadi saya berinisiatif untuk menjual, “ungkapnya.

Ia juga mengaku bahwa kemampuanya di dapat dari pelajaran kewirausahaan waktu sekolah dulu dan selebihnya dilakukan secara otodidak. Selain menjaga lingkungan dengan memanfaatkan gedebog, Ia juga bermaksud untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar.

Pelepah Pisang Menjadi Kerajinan Menguntungkan 2

Untuk pembuatanya sendiri menggunakan bahan yang mudah di dapat, diantaranya gedebog pisang, lem kayu dan kertas karton. Maisir mengaku dari bahan baku yang dianggap sampah dan tidak ada nilai jualnya, Ia bisa mengubahnya hingga menambah pemasukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Tidak hanya itu, perjuangan yang ditekuninya dari tahun 2014 sudah melewati berbagai rintangan termasuk pandemi Covid-19 namun hingga saat ini bisa survive. Bahkan pemesanan produk sudah sampai di luar pulau.

“Kita bekerjasama dengan tempat-tempat wisata dan sudah berkali-kali kirim ke Kalimantan, “jelasnya.

Sebelum adanya pandemi produksi dari gedebog pisang bisa mencapai 1.000 barang dengan numlah karyawan 27 orang, namun saat ini hanya sekitar 100 hingga 150 barang saja dengan 7 orang pengerajin. Sedangkan harga jual mulai dari Rp. 5.000 hingga Rp. 175.000 per barang.

“Kalau omsetnya rata-rata sekitar Rp. 10 juta hingga Rp 15 juta per bulan,” tambah Maisir.

Kesulitan yang di alaminya adalah cuaca yang tidak menentu, terlebih karyanya membutuhkan panas matahari untuk mengeringkan gedebog, sehingga akan membutuhkan waktu lebih lama di musim penghujan.

“Kalau musim hujan butuh sampai saru bulan, tapi kalau kemarau bisa satu minggu jadi, “pungkasnya. (Mil/Red)

Baca Juga :

Comment