Imunisasi Diri, Cara Bahagia Menghadapi Kritik.

Oleh : Kang Yoto*)

APAKAH saat dikritik Anda sakit hati? Jika iya, itu tandanya kita masih normal. Kalau sakitnya agak lama, hati-hati, itu berarti kita sudah mulai tidak normal. Kalau sakitnya terus menerus, apalagi bikin marah, bikin jadi dendam, itu malah lebih berbahaya, karena kita sebenarnya telah ikut sakit.

Kalau begitu bagaimana cara menghadapi kritik, tanggapan negative, supaya kita bisa bahagia dan bisa tumbuh berkembang baik untuk hidup kita?

Pertama, lihat inti kritik itu, kepada pribadi kita atau peran kita? Kalau kita jadi guru, jadi kepala, jadi pimpinan itu pasti akan dikritik, tapi lihat yang dikritik itu pribadi atau peran. Bisa jadi yang dikritik itu adalah karena peran-peran yang kita jalankan yang dipandang oleh orang lain tidak tepat. Kalau begitu, maka jadikanlah kritik itu sebagai feedback, umpan balik masukan. Karena masukan, maka taruhlah dia didepan meja kita, kalau perlu orang yang mengkritik kita undang, ajak membahas, dilihat dari berbagai sisi untuk belajar bersama mereka menjadi yang lebih baik.

Kedua, kalau yang dikritik adalah personal, maka kita harus punya cara untuk mengimunisasi diri. Cara itu yang pertama, Ridho-lah karena hidup itu memang hanyalah perbedaan dan rangkaian dari masalah, kedua semua orang itu punya skenario, drama di dalam pikirannya, kalau kita tidak mengikuti dramanya maka kita dianggap tidak bagus dan salah. Maka jangan risau jika ada drama yang berbeda dengan kita, terimalah drama itu maka dunia akan menjadi indah penuh dengan warna drama.

Ketiga, cara menghadapi kritik agar tak mudah marah, maka tanyalah pada hati, ikhlaskah kita ketika berbuat dalam hidup ini, kalau kita ikhlas maka kita terima kritik, bahkan ketika kita dipuji kita tidak akan mabuk, bahkan ketika kita direndahkan tidak merasa rendah karena pujian tidak memabukkan, tidak memviralkan, tidak juga mencitrakan diri kita luar biasa, tapi kalau dikritik, di rendahkan itu juga tidak menganggu kita karena kita adalah orang yang ikhlas berbuat untuk kehidupan, karena kita ingin menyayangi dan ingin memberi.

*) Dr. Suyoto seorang Dosen, Motivator dan Politikus (IG. kangyotobojonegoro)

Comment