BOJONEGORO, Wartaku.id – Tahu dan Tempe merupakan bahan makanan yang tidak pernah absen dari meja makan masyarakat Indonesia. Namun beberapa waktu terakhir stok tahu di pasaran mulai berkurang, hal tersebut merupakan akibat dari naiknya harga kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu.
Salah satu pedagang sayur, Masrurotun saat ditemui tim wartaku.id menyebutkan bahwa stok tempe yang Ia jual habis karena memang hanya stok sedikit.
“sudah habis, sekarang tempe tidak seperti biasanya memang stoknya sedikit” jelasnya
Disisi lain pengerajin tempe dan tahu harus menghadapi kesulitan dan mencari jalan keluar untuk menghadapi naiknya harga kedelai. Seperti yang diungkapkan salah satu pengerajin tahu di Bojonegoro, Murtini menyebutkan bahwa harga kedelai yang semakin hari semakin naik berpengaruh terhadap produksi tahunya.
“Hargaa kedelai yg naik terus tentu saja sangat berpengaruh” ungkapnya
Ia juga menjelaskan bahwa harga kedelai saat ini mencapai 9.100 rupiah dari harga sebelumnya 7.000, hal tersebut tentu menyulitkan pelangan karena sebagian besar pelanggan merupakan pedagang kaki lima (PKL) dan pengusaha usaha kecil menengah (UKM).
“Kebanyakan ini konsumennya pkl/ukm yang untuk dijual lagi atau diolah terus dijual lagi.
Kalau hargnya naik nanti mereka jadi naikin harga, konsumen akhirnya ngeluh” Ungkapnya.
Sementara itu untuk menghadapi penjualan yang stabil, Ia mengurangi ukuran tahu produksinya menjadi lebih kecil daripada ukuran sebelumnya.
“Jadi terpaksa kita mengurangi ukuran tahu, Jadi lebih kecil” jelasnya.
Hal tersebut membuat Murtini harus menghadapi komplain dari pelanggan selain itu, Ia juga harus memikirkan pendapatan yang menurun dikarenakan biaya bahan baku yang lebih mahal.
“Tetap saja selain dapat komplain juga pendapatannya tidak sama seperti sebelumnya. Karena biaya bahan bakunya lebih mahal” ungkapnya
Sementara itu kenaikan harga kedelai juga disebabkan oleh faktor sedikitnya produksi kedelai lokal sehingga pengerajin tahu harus menggunakan kedelai hasil impor dari negara luar.
“Kita pakai kedelai impor Amerika karena produksi kedelai lokal terbatas, jadi selain rentan pengaruh kenaikan kurs mata uang mungkin juga terpengaruh kondisi ekonomi luar”ungkap Murtini.
(Mil/Red)
Comment