Tradisi ‘Munggut Iwak’ Khas Orang Pinggiran, Diangkat Dalam Pawai Budaya Bojonegoro.

BOJONEGORO, Wartaku.id – Pawai budaya dengan tema “pesona budaya Bojonegoro” masih berlangsung. Hari ini merupakan hari ke-dua pawai budaya dengan kategori SD/MI dan SLTP, tidak kalah menarik pawai yang diikuti peserta dari perwakilan 26 sekolah tersebut juga tampak meriah dengan keceriaan para peserta. Senin, (29/08/2022)

Dengan tema yang sama yaitu “pesona budaya Bojonegoro” para peserta tampak semangat dan kompak mengenakan konstum hingga aksesoris yang merepresentasikan budaya maupun tradisi di Bojonegoro.

Tradisi Munggut Iwak Khas Orang Pinggiran Diangkat Dalam Pawai Budaya Bojonegoro 1

Salah satunya merupakan peristiwa “iwak munggut” munggut atau pladu atau ngumboh yang merupakan fenomena alam dan hanya bisa dirasakan oleh orang pinggiran Bengawan Solo. Dimana kita ketahui bahwa Kabupaten Bojonegoro sebagian wilayahnya dilewati oleh Sungai terpanjang di Jawa tersebut.

Munggut merupakan fenomena dimana ikan di Bengawan dalam keadaan mabuk dan muncul kepermukaan akibat bergantinya kondisi air dikarenakan naiknya debit air secara tiba-tiba sehingga kondisi air dari jerning menjadi keruh.

Untuk itu, masyarakat akan beramai-ramai mengambil ikan yang mabuk dan muncul kepermukaan dengan menggunakan alat seser maupun jaring yang dalam hal ini juga ditampilkan oleh peserta dari SMPN 1 Bojonegoro. Tampak para peserta membawa jaring dan sesertidak hanya itu sebgaian peserta juga menjadi ikan yang cantik-cantik dan beraneka macam jenis. Selain itu, mereka juga membuat miniatur ikan dengan ukuran besar dan beranega macam.

Sementara itu, tidak jauh berbeda dengan SMPN 1 Bojonegoro, SMP Model Terpadu Kabupaten Bojonegoro juga menampilkan “gropyokan iwak” dari desa Sono Rejo Kecamatan Padangan. Berbeda dengan munggut, gropyokan iwak ini dilakukan saat musim kemarau tiba, dengan berbekal peralatan seadanya seser, jaring, bahkan masyarakat sekitar terjun langsung ke Waduk Sono Rejo untuk mengambil ikan.

Biasanya sebelum berlangsung, kegiatan diawali dengan selametan dengan membawa tumpeng sebagai bentuk meminta izin masuk ke dalam waduk kemudian masyarakat akan ramai-ramai masuk ke waduk sehingga menyebabkan ikan mabuk dan kluar kemudian lebih mudah ditangkap. Masyarakat masih menggunakan cara tradisional dan tidak menggunakan obat maupun bahan kimia sehingga tidak merusak habitat ikan.

Lucunuya siswa siswi menggunakan konstum menyerupai mahluk hidup air seperti udang, ikan hingga teratai maupun enceng gondok. Mereka juga tampak ceria dengan bersorak “Hok yaa, Hok yeee, ”

Tema yang dibawa oleh masing-masing sekolah dalam pawai tidak ada yang keluar dari tema pokok, yaitu “pesona budaya Bojonegoro” seperti yang dikatakan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro, Budiyanto tujuan dari pemilihan tema sudah tercapai.

“Tujuanya untuk menggali dan mensosialisasikan kepada masyarakat tentang tradisi dan seni budaya di Bojonegoro, mungkin ada yang belum tau. Dengan di tampilkan ini sehingga oh ternyata kita punya ini, jadi mengenalkan kepada masyarakat tentang tradisi asli Bojonegoro dan kebudayaan yang ada,” tuturnya. (Mil/Red)

Comment