BOJONEGORO, Wartaku.id – Syekh Siti Jenar merupakan salah satu tokoh yang diakui sebagai penyebar agama islam di pulau Jawa. Diketahui telah melakukan perjalanan panjang, jejaknya tertinggal dibeberapa wilayah termasuk di Dusun Lemahbang, Desa Margomulyo, Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.
Petilasan Syekh Siti Jenar tepatnya berada di tengah sawah dengan dikelilingi pepohonan. Bangunan yang terbuat dari tembok dengan kombinasi kayu tersebut didalamnya menyimpan sejarah petilasan Syekh Siti Jenar, yang ditutup dengan kain kafan atasnya dan bawahnya merupakan tanah asli yang konon katanya merupakan tempat peristirahatan dalam perjalanan panjangnya.
“Dulu itu ketika beliau mau berguru ke Surabaya atau Gresik, beliau itu mampirnya ke sini, nah ini tempat pelerenan atau peristirahatan, ” Ungkap Imam Panjalu, juru kunci petilasan.
Menurutnya tidak hanya sekedar beristirahat biasa, Syekh Siti Jenar juga melakukan wiridan dan mengajarkan mengaji, serta tukar kaweruh dengan masyarakat sekitar. Berdasarkan cerita pendahulu, Imam menuturkan bahwa di tempat tersebut dulu terdapat gladak atau gardu yang digunakan Syekh Siti jenar untuk tidur.
Imam menjelaskan salah satu bentuk kepercayaan peninggalan adalah nama dari dusun tersebut ‘Lemah’ yang artinya ‘Siti’, sedangkan ‘Abang’ berarti ‘Jenar’.
“Dipekalongan juga ada petilasan di Desa Lemahbang, di beberapa tempat yang lain juga ada kaitannya dengan nama beliau, jadi di tempat petilasan Syekh Siti jenar ada sangkut pautnya dengan nama beliau, ” Terangnya.
Imam mengaku tidak ada bukti autentik maupun manuskrip adanya petilasan tersebut sejak tahun berapa, namun menurutnya tempat tersebut sudah dirawat secara turun temurun, bahkan beberapa tradisi juga masih dilakukan seperti manganan atau sedekah bumi, dan selapan sekali di hari jumat pahing dengan mengadakan slametan hingga kirab budaya.
“Kebanyakan yang kesini adalah meminta izin atau pamit kalau mau melakukan kegiatan di Margomulyo, tidak ada niatan untuk hal-hal mecari kaya atau sebagainya itu jangan disalah artikan, ” Ujarnya.
Imam menegaskan, bahwa segala permintaan yang mengabulkan adalah Allah SWT, sementara ‘mbah Siti jenar’ (sebutan warga sekitar) hanya sebagai wasilah atau perantara saja. Terlepas dari kontroversi ajaran Syekh Siti Jenar, budaya dan tradisi lokal masih melekat di masyarakat dan merupakan jati diri nusantara dan identitas Indonesia. (Mil/Red)



Comment